5.04.2017

Mutu Pendidikan di lihat dari Perpustakaan dan Kegiatan Kemahasiswaan

(Catatan dari kunjungan ke Kota Adelaide Australia Selatan) 

Suatu kehormatan diberikan kesempatan berkunjung ke Negara dengan julukan kota "Kanguru" di kota Adelaide. Saya mendapat undangan untuk menghadiri acara "Entrepreneur Story" and Exebition di Kota "Pelajar" Adelaide.

Setiba di Kota dengan julukan Kota Pelajar, saya langsung berkunjung ke kampus Entrepreneur "University South of Australia" (UNISA). Nama universitas ini ada kemiripan dengan kampus tempat saya mengabdi Universitas Fajar (UNIFA). Dalam kunjungan saya di Kota Adelaide juga menghadiri undangan dari panitia acara "Entrepreneur Story" dimana acara ini di kemas dengan pameran entreprenuer dengan memamerkan gagasan/ ide mahasiwa dan masyarakat untuk di jual ke coorporate dan government yang dirangkaikan kegiatan seminar entrepreneur dimana tokoh - tokoh yang sukses (mahasiswa, alumni yg sukses merintis usaha) menceritakan kegagalan dan keberhasilan usaha mereka yg dikemas dalam bentuk exebition. 
Saya bertemu dengan beberapa Alumni UNISA yg sekaligus organizer dari acara "Entrepreneur Story", anak muda yang energik dan mempunyai semangat memberikan sumbangsi terhadap almamater dan negaranya. Dia bercerita tentang bagaimana dia awal mulanya membangun bisnis di bidang EO yang dahulunya tiga kali gagal di bidang otomotive, lalu ekpansi ke kuliner lalu jasa dan akhirnya berhasil menyelenggarakan even kedua terbesar di kota Adelaide. Semua bisnis yang dia jalankan dengan modal nol, yang di butuhkan hanyalah ide atau gagasan yang realistis apa yg dibutuhkan oleh masyarakat dan coorporate itulah yg saya tekuni, ujar Francis Ignatius yg sapaan akrabnya Mr. Chow, anak muda itu yg berasal dari Jakarta. Skarang dia sudah memiliki rumah, mobil dan usaha di Adalaide berkat dengan  mimpi - mimpi yang di jadikan kenyataan.
Dalam Kesempatan berkunjung di Kota "Kanguru" ini saya tidak sia - siakan. Saya langsung berkunjung ke kampus - kampus yg ada di sana, seperti University South of Australia, University of Adelaide dan University of Flinders. Ketiga kampus ini merupakan "asset" kota Adelaide dan jarak ketiga kampus ini dapat di tempuh dengan jalan kaki karena jaraknya yang berdekatan. "Campus Tour" begitulah kira - kira tema saya kali ini karena hampir seminggu penuh saya berkunjung dari satu kampus ke kampus yang lain. Hal yang menarik adalah setiap kampus di lengkapi dengan perpustakaan yang "nyaman". Kenapa demikian, mahasiswa yang datang ke kampus bukan hanya kuliah lalu pulang, tetapi mahasiswa datang ke kampus selain kuliah mereka juga bisa berinteraksi dengan dosen maupun sesama mahasiswa untuk mendiskusikan fenomena yang terjadi, berbicara bisnis atau kegiatan akademik mereka, bahkan tidak ada kuliahpun mahasiswa termotivasi untuk datang  ke perpustakaan. perpustakaan akan menjadi ramai ketika di buat fasilitas lengkap, seperti di lengkapi komputer, dapat menyewa notebook dan bahkan ada video game (play station). Jadi perpustakaan bukan hanya wajib di datangi ketika ada tugas dari dosen atau datang ke perputakaan kalau menjelang menyusun skripsi atau tesis. perpustakaan sudah menjadi "kebutuhan" mahasiswa untuk mencari ilmu sebanyak - banyaknya juga dapat beradaptasi sesama mahasiswa, dosen maupun berdiskusi apa saja sehingga memang perpustakaan di rancang untuk membuat mahasiswa merasa bebas dan nyaman di dalamnya. Publik space dibuat bukan hanya untuk mahasiswa saja akan tetapi juga di peruntukkan bagi masyarakat umum yg ingin datang ke kampus, publik space di bangun seperti cafe, ruang baca yang di lengkapi free wifii. 
Bagaimana dengan HIMPUNAN Mahasiswa? 

Himpunan kemahasiwaan di berikan kebebebasan untuk berkereasi tanpa batas. Seluruh Ketua Senat/ Himpunan Mahasiswa diberikan tempat yang nyaman yang berdampingan dengan pengelolaan "Inkubator Entreprenuer", semua ide kreatif akan di tampung di inkubator tersebut yg berasal dari kemahasiswaan. ketua himpunan akan merangkum seluruh program kerja mereka dalam setahun dan mempresentasekan di depan Pengelola perguruan tinggi. Jadi ketua senat/ himpunan merupakan repersentatif dari sekertariat himpunan yang duduk di "Inkubator Entreprenuer" tersebut. Dengan kata lain Ketua Senat/ Himpunan merupakan "manajer program" dari aktivitas sekertariat yang duduk di inkubator entreprenuer. Manajer Program ini akan merancang/ design aktivitasnya dalam setahun dan akan mempertanggung jawabkan ke Pengelola Kampus. Bila perlu, Manajer Program tersebut yang berasal dari Ketua Senat/ Himpunan akan di gaji/ di berikan kompensasi sesuai progress kegiatannya. Sedangkan sekertariat senat / himpunan tidak siapkan oleh Pengelola tetapi pengelola telah meyiapkan tempat pertemuan yang nyaman dan ber-ac khusus bagi "Para Manajer" (yg berasal dari ketua senat / himpunan) apabila ingin rapat dengan anggotanya (Timnya). Sekertariat Senat/ Himpunan dimana saja bisa di jadikan tempat meeting point dengan anggotanya untuk mendiskusikan kegiatan yang akan didilakukan yg harus di reservasi sehari sebelum penggunaannya.
Ruangan Inkubator Entreprenuer (IE) ini selain di isi oleh Direktur Program, ketua senat/ himpunan juga berkantor representatif perusahaan yang bekerjasama dengan Kampus. Hal ini dilakukan agar mendekatkan dunia usaha dengan kampus juga membimbing program yang di buat oleh senat atau himpunan mahasiswa. 

Coba kita lihat di negara - negara maju, kantor para manajer hanya ukuran 3x3 saja dan ukuran luas kantor itu kadang hanya 30 meter persegi. Jadi kalau mereka ingin rapat biasanya hanya memanfaatkan cafe atau ruangan yang telah disediakan khusus untuk melakukan rapat koordinasi atau hal - hal yang perlu di bahas. 

"Apabila Ingin melihat Kebersihan suatu rumah makan/ restoran maka lihatlah dapurnya, dan apabila ada ingin melihat kualitas suatu pendidikan maka lihatlah PERPUSTAKAANNYA"

Adelaide, 08 November 2016
City of Entreprenuer

Moh. Hatta Alwi, SE.  M.Si

Tidak ada komentar:

Posting Komentar