9.24.2018

PENTINGNYA INTUISI DALAM BERBISNIS

Oleh: Bung Hatta


Memasuki penyelesaian studi saya di program pasca sarjana di salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Indonesia Bagian Timur, dimana saya lagi mengumpulkan jurnal dan literature yang akan saya susun menjadi desertasi, tanpa sengaja saya menemukan buku yang saya beli sejak tahun 2002, dan menjadi salah satu buku favorit saya. Buku tersebut menceritakan kisah sukses seorang usahawan judulnya “ Surat – Surat Seorang Usahawan Kepada Putranya”. Buku ini menarik di baca karena kita seakan - akan di bawa menjadi anak seorang millioner. Setiap bab menceritakan kasus dan motivasi kepada pembacanya. Dan salah satu studi kasus yang menjadi favorit saya adalah kisah sang pegusaha burger di bawah ini.  

Adalah seorang pria tua yang menjalankan warung hotdog di suatu daerah pertanian di luar kota. Caranya menjalankan warung itu bukan main! Dimana – mana orang telah mendengar kelezatan hotdog si orang tua ini. Mereka juga telah melihat papan reklamenya yang mengatakan bahwa inilah hot-dog yang paling lezat di seluruh negeri, dan berbondong – bondonglah mereka datang ke warungnya di pinggir jalan itu untuk mencicipinya. Bila tamu datang, pria tua itu berdiri di depan pintu, mengambil hati mereka dengan senyumnya yang lebar itu dan merayu, “Pesanlah dua, hotdog itu sangat enak. Dan orang memang puas dengan hotdognya. Inilah hotdog paling enak yang pernah mereka cicipi, yang dibungkus oleh roti yang paling segar dan diberi kuah yang paling menggiurkan. Orang keluar dari restorannya sambil menjilat – jilat lidah dan berkata, “Belum pernah saya merasakan hotdog yang selezat ini.” Sementara mobil mereka semakin menjauh, pria tua itu melambaikan tangannya dan berseru, “Kembali, ya. Saya perlu menghidupi usaha ini agar kedua anak saya tamat dari perguruan tinggi.” Dan orang memang kembali. Berbondong – bondong.
Pada suatu hari, kembalilah putera pria itu dari Harvard dengan menggondol gelar MBA dan Ph.D dalam ekonomi. Ia melihat operasi ayahnya sebentar dan berkata, “Astaga, ayah, tidakkah ayah tahu bahwa kita sedang berada di tengah resesi? Ayah harus memperkecil biaya! Batalkanlah papan – papan reklame itu. Hematlah upah kerja dengan mengurangi pegawai dari enam menjadi dua, dengan memasak sendiri ketimbang hanya membuang – buang waktu berdiri di tepi jalan. Carilah hotdog dan roti yang lebih murah. Sausnya tak perlu harus dari merek yang mahal, dan tak perlu memakai bawang. Dengan semua penghematan ini maka ayah akan bisa bertahan dalam cuaca resesi seperti ini, yang telah mematikan banyak bisnis.”
Si ayah mengucapkan banyak terima kasih dan kagum betapa pintarnya si anak yang telah menggondol semua gelar itu, tak sedikit pun ia ragu dengan nasehat tersebut. Papan reklame mulai diturunkan, si ayah kembali masuk ke dapur, yang kini hanya memasak bahan – bahan murahan, dan hanya tinggal dua pelayan.
Dua bulan kemudian, si anak kembali lagi dan bertanya bagaimana usaha ayahnya. Si ayah memandang warungnya yang sepi, mobil – mobil yang tetap melaju, dan kas registernya yang kosong. Kemudian ia berpaling kepada anaknya. “Anakku, kau benar! Kita memang sedang di tengah resesi!”

Pesan Moral
  1. Nah, orang tua itu memiiki jiwa dan spirit entrepreneur– tapi hanya sampai pada tahap tertentu. Ia tahu apa yang diinginkan orang. Satu – satunya unsur paling dasar dari seorang entrepreneur sejati yang tidak dimilikinya ialah keberanian untuk mempertahankan keyakinannya. Kalau saja ia percaya terhadap dirinya, maka tak ada yang bisa menghancurkan bisnisnya.
  2. Untuk bisa berhasil maka seorang wiraswastawanan / entrepreneur harus juga memiliki sikap ngotot dan gigih.    
  3. Insutisi atau insting terkadang di butuhkan dalam berbisnis, kenapa?  Karena Intuisi terbentuk dalam diri manusia melalui perpaduan dari pengalaman dan pengetahuan yang di dapatkannya. Bila pengusaha di hadapkan dengan masalah yang segera di ambil tindakan penyelesaiannya, maka biasanya intuisinya akan merasakan langkah – langkah apa yang harus dia lakukan.



#GoodStory

hattaalwi@hotmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar