5.03.2014

Mempercayai seseorang itu penting, tetapi jangan berlebihan

oleh : bung hatta

"Jika tidak ada saling percaya dalam suatu organisasi, dan semua individu sibuk mengurus urusan pribadi, maka yang menjadi korban adalah organisasi tersebut"

suatu ketika saya di utus untuk mengakuisisi salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa. perusahaan ini merupakan perusahaan yang terbesar pada tahun 80an. bangunan usaha tersebut begitu kokoh, luas tanahnya begitu besar, property tersebut berada di jantung kota sehingga pantaslah perusahaan ini begitu megah bahkan terfavorit pada masanya. sebelum perusahaan ini di ambil alih manajemen group kami, terlebih dahulu kami memeriksa seluruh bagunan tersebut dan fasilitas yang masih ada.
Satu persatu berkas yang saya dapatkan di gudang, saya amati dengan detail tak perduli tangan saya berdebu (maklum perusahaan ini lama tidak berpenghuni). setalah saya amati satu persatu berkas tersebut yang saya dapatkan di dalam kardus, saya menyimpulkan kalau perusahaan ini perusahaan yang sangatlah besar bahkan sebelum perusahaan ini "bangkrut", sdh 3 manajemen prefesional yang dibawah manajemennya, masih saja "gagal". karyawannya kurang lebih 200, General Managernya "hebat", lalu kenapa bisa "jatuh" jika yang mengelola orang profesional????


Dugaan saya, (setelah saya wawancara beberapa mantan karyawan) bahwa perusahaan ini "mati" di karenakan "kelebihan kepercayaan" (over trust) sehingga terjadi "Korupsi" oleh pihak yang pengambil keputusan pada perusahan tersebut.
mengapa saya katakan demikian ? pada saat perusahaan ini berjalan mulai tahun 80an sampai tahun 1998, tidak pernah ada pengganti pimpinan (kalaupun ada hanya 2 kali) para owner (direksi - komisaris) memberikan kepercayaan penuh terhadap perusahaan tersebut, bahkan apapun di ajukan oleh Top Manajemen pasti di setujui oleh direksi. Ketika perusahaan ini butuh melakukan transformasi dan ingin melakukan investasi pada bangunan tersebut maka mengajukanlah permohonan untuk meminjam dana ke salah satu lembaga keuangan di luar negeri dalam bentuk dollar. pada saat masa reformasi yang membuat rupiah terjun bebas maka besarlah hutang  perusahaan ini kepada lembaga keuangan yang berada di luar negeri tersebut. Dollar naik drastis sampai di angka 14.000 pada tahun 1997. hal ini membuat hutang usahanya membengkak (di luar prediksi). target renovasi building tertunda, sehingga perusahaan ini berjalan apa adanya. Bahkan beberapa individu sibuk untuk menyelamatkan diri masing masing sehingga timbullah istilah saya "usaha dalam perusahaan", terlebih lagi issu tentang kesejahteraan karyawan terganggu sehingga muncullah cerita-cerita burung di kalangan karyawan/ manajemen. Yang lebih menyakitkan lagi kalau cerita burung tersebut benar adanya. disinilah mulai mulai timbul "demonstrasi" yang di lakukan oleh beberapa karyawan yang sehingga mengakibatkan “jatuhnya perusahaan raksasa ini pada masanya”. 

kisah ini menginspirasi saya untuk : (1). memberikan kepercayaan ke orang yang menjalaankan perusahaan tetapi tetap melakukan fungsi "manajemen" (pengawasan, pengontrolan, evaluasi) sehingga kita tetap memantau jalannya perusahaan, (2). melakukan penggkaderan terhadap pimpinan sehingga perusahaan ini bisa survive lebih lama, (3). melakukan pembinaan terhadap SDM dalam perusahaan dengan melakukan kegiatan ToT melalui lembaga pelatihan dan pendidikan, (4). memberikan reward dan punishment kepada karyawan, (5). melakukan investasi sesuai dengan kebutuhan melalui lembaga keuangan dalam negeri, (6). memberikan pemahaman kepada karyawan tentang aturan - aturan, sistem yang berlaku, (7). meyakini bahwa jabatan/ kedudukan hanyalah titipan.

Kesimpulan saya adalah jika kita tidak memberikan kepercayaan kepada sesorang untuk melakukan kegiatan – kegiatan perusahaan, maka jangan pernah berharap adanya “Inovasi dan Kreatifitas” dari orang tersebut. Akan tetapi, bila kita telah memberikan kepercayaan penuh terhadap seseorang, janganlah terlalu berlebihan sehingga kita tidak lagi menjalankan “fungsi manajemen” terhadap perusahaan yang dipimpinnya. Bila kepercayaan tersebut belebihan dan kita tidak pernah melakukan evaluasi karena kepercayaan tersebut, maka “inovasi dan kreatifitas” sudah tidak ada.

Dengan adanya kisah seperti yang diatas memberikan saya pelajaran yang sangat berharga untuk membangun "kepercayaan" sehingga kunci inilah yang membuat orang bisa berhasil. Dan orang yang di berikan kepercayaan haruslah bisa menjaga kepercayaan tersebut, saya biasa mengibaratkan bahwa kepercayaan itu ibarat “kaca”, apabila ia pecah akan sulit merangkai kembali dan bila terangkai kembali masih meninggalkan bekas pecahan tersebut.


Wassalam
Graha Pena Bulan Maret 2012
hattaalwi@hotmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar