(Catatan dari kunjungan ke Kota Adelaide Australia Selatan)
Suatu
kehormatan diberikan kesempatan berkunjung ke Negara dengan julukan
kota "Kanguru" di kota Adelaide. Saya mendapat undangan untuk menghadiri
acara "Entrepreneur Story" and Exebition di Kota "Pelajar" Adelaide.
Setiba
di Kota dengan julukan Kota Pelajar, saya langsung berkunjung ke kampus
Entrepreneur "University South of Australia" (UNISA). Nama universitas
ini ada kemiripan dengan kampus tempat saya mengabdi Universitas Fajar
(UNIFA). Dalam kunjungan saya di Kota Adelaide juga menghadiri undangan
dari panitia acara "Entrepreneur Story" dimana acara ini di kemas dengan
pameran entreprenuer dengan memamerkan gagasan/ ide mahasiwa dan
masyarakat untuk di jual ke coorporate dan government yang dirangkaikan
kegiatan seminar entrepreneur dimana tokoh - tokoh yang sukses
(mahasiswa, alumni yg sukses merintis usaha) menceritakan kegagalan dan
keberhasilan usaha mereka yg dikemas dalam bentuk exebition.
Saya
bertemu dengan beberapa Alumni UNISA yg sekaligus organizer dari acara
"Entrepreneur Story", anak muda yang energik dan mempunyai semangat
memberikan sumbangsi terhadap almamater dan negaranya. Dia bercerita
tentang bagaimana dia awal mulanya membangun bisnis di bidang EO yang
dahulunya tiga kali gagal di bidang otomotive, lalu ekpansi ke kuliner
lalu jasa dan akhirnya berhasil menyelenggarakan even kedua terbesar di
kota Adelaide. Semua bisnis yang dia jalankan dengan modal nol, yang di
butuhkan hanyalah ide atau gagasan yang realistis apa yg dibutuhkan oleh
masyarakat dan coorporate itulah yg saya tekuni, ujar Francis Ignatius
yg sapaan akrabnya Mr. Chow, anak muda itu yg berasal dari Jakarta.
Skarang dia sudah memiliki rumah, mobil dan usaha di Adalaide berkat
dengan mimpi - mimpi yang di jadikan kenyataan.
Dalam
Kesempatan berkunjung di Kota "Kanguru" ini saya tidak sia - siakan.
Saya langsung berkunjung ke kampus - kampus yg ada di sana, seperti
University South of Australia, University of Adelaide dan University of
Flinders. Ketiga kampus ini merupakan "asset" kota Adelaide dan jarak
ketiga kampus ini dapat di tempuh dengan jalan kaki karena jaraknya yang
berdekatan. "Campus Tour" begitulah kira - kira tema saya kali ini
karena hampir seminggu penuh saya berkunjung dari satu kampus ke kampus
yang lain. Hal yang menarik adalah setiap kampus di lengkapi dengan
perpustakaan yang "nyaman". Kenapa demikian, mahasiswa yang datang ke
kampus bukan hanya kuliah lalu pulang, tetapi mahasiswa datang ke kampus
selain kuliah mereka juga bisa berinteraksi dengan dosen maupun sesama
mahasiswa untuk mendiskusikan fenomena yang terjadi, berbicara bisnis
atau kegiatan akademik mereka, bahkan tidak ada kuliahpun mahasiswa
termotivasi untuk datang ke
perpustakaan. perpustakaan akan menjadi ramai ketika di buat fasilitas
lengkap, seperti di lengkapi komputer, dapat menyewa notebook dan bahkan
ada video game (play station). Jadi perpustakaan bukan hanya wajib di
datangi ketika ada tugas dari dosen atau datang ke perputakaan kalau
menjelang menyusun skripsi atau tesis. perpustakaan sudah menjadi
"kebutuhan" mahasiswa untuk mencari ilmu sebanyak - banyaknya juga dapat
beradaptasi sesama mahasiswa, dosen maupun berdiskusi apa saja sehingga
memang perpustakaan di rancang untuk membuat mahasiswa merasa bebas dan
nyaman di dalamnya. Publik space dibuat bukan hanya untuk mahasiswa
saja akan tetapi juga di peruntukkan bagi masyarakat umum yg ingin
datang ke kampus, publik space di bangun seperti cafe, ruang baca yang
di lengkapi free wifii.
Himpunan
kemahasiwaan di berikan kebebebasan untuk berkereasi tanpa batas.
Seluruh Ketua Senat/ Himpunan Mahasiswa diberikan tempat yang nyaman
yang berdampingan dengan pengelolaan "Inkubator Entreprenuer", semua ide
kreatif akan di tampung di inkubator tersebut yg berasal dari
kemahasiswaan. ketua himpunan akan merangkum seluruh program kerja
mereka dalam setahun dan mempresentasekan di depan Pengelola perguruan
tinggi. Jadi ketua senat/ himpunan merupakan repersentatif dari
sekertariat himpunan yang duduk di "Inkubator Entreprenuer" tersebut.
Dengan kata lain Ketua Senat/ Himpunan merupakan "manajer program" dari
aktivitas sekertariat yang duduk di inkubator entreprenuer. Manajer
Program ini akan merancang/ design aktivitasnya dalam setahun dan akan
mempertanggung jawabkan ke Pengelola Kampus. Bila perlu, Manajer Program
tersebut yang berasal dari Ketua Senat/ Himpunan akan di gaji/ di
berikan kompensasi sesuai progress kegiatannya. Sedangkan sekertariat
senat / himpunan tidak siapkan oleh Pengelola tetapi pengelola telah
meyiapkan tempat pertemuan yang nyaman dan ber-ac khusus bagi "Para
Manajer" (yg berasal dari ketua senat / himpunan) apabila ingin rapat
dengan anggotanya (Timnya). Sekertariat Senat/ Himpunan dimana saja bisa
di jadikan tempat meeting point dengan anggotanya untuk mendiskusikan
kegiatan yang akan didilakukan yg harus di reservasi sehari sebelum
penggunaannya.
Ruangan
Inkubator Entreprenuer (IE) ini selain di isi oleh Direktur Program,
ketua senat/ himpunan juga berkantor representatif perusahaan yang
bekerjasama dengan Kampus. Hal ini dilakukan agar mendekatkan dunia
usaha dengan kampus juga membimbing program yang di buat oleh senat atau
himpunan mahasiswa.
Coba
kita lihat di negara - negara maju, kantor para manajer hanya ukuran
3x3 saja dan ukuran luas kantor itu kadang hanya 30 meter persegi. Jadi
kalau mereka ingin rapat biasanya hanya memanfaatkan cafe atau ruangan
yang telah disediakan khusus untuk melakukan rapat koordinasi atau hal -
hal yang perlu di bahas.
"Apabila
Ingin melihat Kebersihan suatu rumah makan/ restoran maka lihatlah
dapurnya, dan apabila ada ingin melihat kualitas suatu pendidikan maka
lihatlah PERPUSTAKAANNYA"
Adelaide, 08 November 2016
City of Entreprenuer
Moh. Hatta Alwi, SE. M.Si
Tidak ada komentar:
Posting Komentar