"Jika
tidak ada saling percaya dalam suatu organisasi, dan semua individu sibuk
mengurus urusan pribadi, maka yang menjadi korban adalah organisasi
tersebut"
suatu
ketika saya di utus untuk mengakuisisi salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang jasa. perusahaan ini merupakan perusahaan yang terbesar pada tahun 80an.
bangunan usaha tersebut begitu kokoh, luas tanahnya begitu besar, property
tersebut berada di jantung kota sehingga pantaslah perusahaan ini begitu megah
bahkan terfavorit pada masanya. sebelum perusahaan ini di ambil alih manajemen
group kami, terlebih dahulu kami memeriksa seluruh bagunan tersebut dan
fasilitas yang masih ada.
Satu
persatu berkas yang saya dapatkan di gudang, saya amati dengan detail tak
perduli tangan saya berdebu (maklum perusahaan ini lama tidak berpenghuni).
setalah saya amati satu persatu berkas tersebut yang saya dapatkan di dalam
kardus, saya menyimpulkan kalau perusahaan ini perusahaan yang sangatlah besar
bahkan sebelum perusahaan ini "bangkrut", sdh 3 manajemen prefesional
yang dibawah manajemennya, masih saja "gagal". karyawannya kurang
lebih 200, General Managernya "hebat", lalu kenapa bisa
"jatuh" jika yang mengelola orang profesional????
Dugaan
saya, (setelah saya wawancara beberapa mantan karyawan) bahwa perusahaan ini
"mati" di karenakan "kelebihan kepercayaan" (over trust)
sehingga terjadi "Korupsi" oleh pihak yang pengambil keputusan pada
perusahan tersebut.
mengapa
saya katakan demikian ? pada saat perusahaan ini berjalan mulai tahun 80an
sampai tahun 1998, tidak pernah ada pengganti pimpinan (kalaupun ada hanya 2
kali) para owner (direksi - komisaris) memberikan kepercayaan penuh terhadap
perusahaan tersebut, bahkan apapun di ajukan oleh Top Manajemen pasti di
setujui oleh direksi. Ketika perusahaan ini butuh melakukan transformasi dan
ingin melakukan investasi pada bangunan tersebut maka mengajukanlah permohonan
untuk meminjam dana ke salah satu lembaga keuangan di luar negeri dalam bentuk
dollar. pada saat masa reformasi yang membuat rupiah terjun bebas maka besarlah
hutang perusahaan ini kepada lembaga keuangan yang berada di luar negeri
tersebut. Dollar naik drastis sampai di angka 14.000 pada tahun 1997. hal ini
membuat hutang usahanya membengkak (di luar prediksi). target renovasi building
tertunda, sehingga perusahaan ini berjalan apa adanya. Bahkan beberapa individu
sibuk untuk menyelamatkan diri masing masing sehingga timbullah istilah saya
"usaha dalam perusahaan", terlebih lagi issu tentang kesejahteraan
karyawan terganggu sehingga muncullah cerita-cerita burung di kalangan
karyawan/ manajemen. Yang lebih menyakitkan lagi kalau cerita burung tersebut
benar adanya. disinilah mulai mulai timbul "demonstrasi" yang di
lakukan oleh beberapa karyawan yang sehingga mengakibatkan “jatuhnya perusahaan
raksasa ini pada masanya”.
kisah
ini menginspirasi saya untuk : (1). memberikan kepercayaan ke orang yang
menjalaankan perusahaan tetapi tetap melakukan fungsi "manajemen"
(pengawasan, pengontrolan, evaluasi) sehingga kita tetap memantau jalannya
perusahaan, (2). melakukan penggkaderan terhadap pimpinan sehingga perusahaan
ini bisa survive lebih lama, (3). melakukan pembinaan terhadap SDM dalam
perusahaan dengan melakukan kegiatan ToT melalui lembaga pelatihan dan
pendidikan, (4). memberikan reward dan punishment kepada karyawan, (5).
melakukan investasi sesuai dengan kebutuhan melalui lembaga keuangan dalam
negeri, (6). memberikan pemahaman kepada karyawan tentang aturan - aturan,
sistem yang berlaku, (7). meyakini bahwa jabatan/ kedudukan hanyalah titipan.
Kesimpulan
saya adalah jika kita tidak memberikan kepercayaan kepada sesorang untuk
melakukan kegiatan – kegiatan perusahaan, maka jangan pernah berharap adanya
“Inovasi dan Kreatifitas” dari orang tersebut. Akan tetapi, bila kita telah
memberikan kepercayaan penuh terhadap seseorang, janganlah terlalu berlebihan
sehingga kita tidak lagi menjalankan “fungsi manajemen” terhadap perusahaan
yang dipimpinnya. Bila kepercayaan tersebut belebihan dan kita tidak pernah
melakukan evaluasi karena kepercayaan tersebut, maka “inovasi dan kreatifitas”
sudah tidak ada.
Dengan
adanya kisah seperti yang diatas memberikan saya pelajaran yang sangat berharga
untuk membangun "kepercayaan" sehingga kunci inilah yang membuat
orang bisa berhasil. Dan orang yang di berikan kepercayaan haruslah bisa
menjaga kepercayaan tersebut, saya biasa mengibaratkan bahwa kepercayaan itu
ibarat “kaca”, apabila ia pecah akan sulit merangkai kembali dan bila terangkai
kembali masih meninggalkan bekas pecahan tersebut.
Wassalam
Graha Pena Bulan Maret 2012
hattaalwi@hotmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar